Corak Dan Tujuan Humor Nasruddin Hoja

Corak Dan Tujuan Humor Nasruddin Hoja : Dalam kehidupan manusia humor merupakan salah satu wujud aktivitas yang tidak dapat diabaikan. Manfaat humor tidak saja sebagai wahana hiburan, tetapi berguna juga sebagai sarana pendidikan dan kritik sosial bagi semesta ketimpangan yang akan, sedang, atau telah terjadi di tengah masyarakat penciptanya. Humor pada hakikatnya merupakan salah satu cara manusia untuk meningkatkan kualitas hidupnya. 

Menurut Frank S Caprio dalam bukunya “How to Enjoy Yourself”, humor itu perlu bahkan penting untuk hidup. Begitu perlunya sampai Caprio menyamakannya dengan kebutuhan oksigen bagi paru-paru manusia. Disinggung juga bahwa humor itu ada dua macam, yaitu humor dan tumor. Humor bisa membuat tersenyum sedangkan tumor adalah kelucuan yang bisa membuat orang tersinggung atau sakit hati (dalam Mario,2007).

Mario menambahkan, begitu pentingnya soal humor sehingga di Barat banyak pakar yang menulis disertasinya dengan topik seputar humor dan bahkan ada jurnal ilmiah yang didedikasikan untuk membahas khusus persoalan ini. Di Indonesia, pakar humor masih termasuk langka dan jumlahnya masih dapat dihitung dengan jumlah gigi nenek-nenek. Salah satunya adalah Jaya Suprana, direktur PT Jamu Jago, yang dikenal sebagai humorolog paling disukai sampai saat ini, disamping almarhum Mahbub Junaidi. 

Membuat definisi yang jelas antara humor dan tumor adalah masalah yang sulit. Untuk membedakannya diperlukan selera humor dan sensitivitas yang tinggi pada perasaan orang lain untuk mengetahui apakah lelucon itu humor atau tumor. Pehumor yang baik tidak akan tertawa ketika mendengar atau melihat sesuatu yang lucu yang mengandung unsur tumor. Kemampuan untuk dapat membedakan antara humor dan tumor ini sangat berpengaruh pada level pergaulan. Semakin tinggi selera dan sensitivitas humor seseorang, maka akan semakin diterima oleh lingkungan sekitar. 

Humor dan tumor sifatnya sangat kontekstual dan kondisional. Humor dan tumor juga berkaitan dengan level pendidikan dan wawasan seseorang. Bisa terjadi sebuah humor dianggap tumor di tempat, kondisi dan lingkungan tertentu dan tumor dianggap humor dalam lingkungan dan kondisi yang berbeda. Contohnya; humor porno akan lucu di lingkungan anak muda, tapi akan dianggap humor sampah di lingkungan orang tua atau formal. Di sini, diperlukan insting yang kuat untuk dapat membedakannya. Intinya, timing kapan tertawa dan kapan tidak tertawa itu tak kalah pentingnya. 

A. Jenis dan Corak Humor Nasruddin Hoja
Menurut Darminto (2004;xii-xv) humor dipilah-pilah menjadi empat belas jenis humor berdasarkan jurus yang dipakai para pencipta humor. Jurus para pencipta humor bisa saja berlainan atau sama, namun tiap pencipta humor biasanya berupaya mencapai stilisasi yang khas dan pas untuknya.

1. Guyon Parikena
Isi humor bersifat nakal dan menyindir tapi tidak tajam bahkan cenderung sopan. Humor ini biasanya dilakukan oleh bawahan kepada atasan atau orang yang lebih tua atau yang lebih dihormati. Sering juga dilakukan kepada pihak lain yang belum akrab. Humor model ini ada yang menyimpulkan sebagai lelucon persuasif. 

2. Satire
Humor bersifat menyindir atau mengkritik yang lebih dominan muatan ejekannya. Melakukan humor jenis ini bila tak pandai memainkannya bisa sangat menyinggung, membebani, dan tidak mengenakkan. 

3. Sinisme
Humor yang cenderung memandang rendah pihak lain, tidak ada yang benar atau kebaikan apa pun dari pihak lain. Pelaku humor ini selalu meragukan sifat-sifat baik yang ada pada lawannya. Humor jenis ini lebih sering digunakan pada situasi konfrontatif dan targetnya membuat lawan atau pihak lain cemar.

4. Pelesetan
Isi humor ini adalah memelesetkan segala sesuatu yang sudah mapan atau populer. Sebuah humor yang cukup mengundang surprise karena kehadirannya tidak terduga. Humor yang seringkali disebut parodi ini dapat juga digunakan sebagai alat untuk lepas dari kesumpekan keadaan. 

5. Slapstick
Humor yang bersifat banal atau kasar. Seperti kepala dipukul dengan tongkat, pantat diselomot setrika, orang terjengkang, mulut dimasuki granat. Humor jenis ini sangat efektif untuk memancing tawa masyarakat dengan latar belakang pendidikan, sosial, dan ekonomi tertentu. Beberapa film kartun anak-anak seperti, Tom and Jerry banyak menampilkan humor jenis ini. 

6. Olah Logika
Humor bergaya analisis yang banyak digemari oleh kalangan terdidik. Contohnya, seorang presiden yang baru saja dilantik berkata; “Perjalananku masih panjang dan banyak yang harus saya selesaikan.” Kemudian salah satu asistennya menawarkan; “Bagaimana kalau saya siapkan Limo?” Presiden menjawab; “Buat apa?” “Perjalanan panjang kalau ditempuh dengan Limo akan lebih cepat,” jawab asisten. 

7. Analogi
Isinya memberikan nuansa tentang dunia Anuland, Antah Berantah untuk mencapai persamaan-persamaan dengan kondisi atau situasi yang ingin dibidik. 

8. Unggul-pecundang
Humor yang muncul dari perasaan diri unggul karena melihat pihak lain yang cacat, salah, bodoh dan malang. Penggemar humor ini tega tertawa terpingkal-pingkal melihat orang pincang, tangan buntung, orang buta, terbelakang, sial, malang.

9. Surealisme
Lengkapnya magic and surrealism, humor bernuansa dunia nirlogika. Isi humornya melompat dari makna-makna yang sudah disepakati. Gambarannya seperti novel karya Iwan Simatupang. 

10. Kelam
Humor yang berisi tentang sadisme, kengerian, kebrutalan dan malapetaka. Isinya tentang pemerkosaan, bunuh diri, orang yang dipenggal kepalanya, dan sejenisnya. 

11. Olah Estetika
Humor jenis ini lebih banyak muncul di panggung pertunjukan, pameran atau paket audio visual. Isi humornya tidak begitu berbobot namun pengemasannya sangat mengesankan dan mengejutkan.

12. Eksperimental
Humor yang berupaya menggeliat dari ruang-ruang yang sudah ada. Cabang seni seperti teater, musik, tari, lukis, lelucon, dalam berbagai ekspresinya pasti pernah bereksperimentasi untuk menampilkan sesuatu yang baru dan lebih menarik.

13. Apologisme
Jurus jenis ini bukan untuk melucu, tetapi justru untuk berlindung di balik lelucon. Jurus ini digunakan upaya pembenaran dari apa yang telah dilontarkan karena ketidakberdayaan untuk mempertanggungjawabkan lontaran yang ternyata tidak memiliki dasar atau argumen. Biasanya berkilah,”Ah, itu cuma bercanda,” untuk menetralisasikan karena biasanya terasa berat untuk mengakui kesalahan. 

Jurus-jurus humor yang dibagi Darminto menjadi empat belas jurus di atas masih banyak yang terlupakan olehnya. Seperti humor Nasruddin Hoja yang sudah dibahas, muncul karena persinggungan budaya, bahasa, bahkan simbol-simbol religi. Humor Nasruddin juga muncul karena kenaifan dan kejujuran, karena salah perhitungan dan ketololan disamping keempat belas jurus di atas. Dari fakta yang sudah ada membuktikan bahwa efek kelucuan bisa dicapai dengan banyak sekali jurus. 

Humor Nasruddin yang berjudul “Sekalian Saja“ (CJNH:34), “Ingin yang Instan” (TMHBNH:80), “Kakiku yang Sebelah Kiri Belum Berwudhu” (CJNH:42), “Aku Bukan Pedagang Hari dan Bulan” (CJNH:77) kelucuannya muncul karena ketololan Nasruddin. “Toko Serba Ada” (CJNH:89) dan “Malu Kepada Allah” (HJNH:138) adalah lelucon yang timbul karena kenaifan tokoh Nasruddin. Selain itu, ada “Jika Labu Berpohon” (SBNH:35), “Gantian “ (TMHBNH:172), ”Nasruddin di Liang Lahat” (SBNH:30) yang kelucuannya muncul karena salah perhitungan Nasruddin. “Malu Kepada Allah” (HJNH:138), “Penyelundup” (CJNH:41) memunculkan kelucuan karena kejujuran tokoh. Ada juga yang disebabkan oleh persinggungan budaya yaitu “Terbawa Arus Publik” (SBNH:32) dan simbol-simbol religi yaitu “Timur Lenk di Akhirat” (CJNH:102).

Selanjutnya humor Nasruddin Hoja yang termasuk keempat belas jenis humor di atas adalah “Nasruddin Menangisi Raja” (SBNH:22), “Nasruddin Memanah” (CJNH:108), “Cara Tuhan” (SBNH) yang jenis humornya termasuk guyon parikena. “Terbawa Arus Publik” (SBNH:32), “Apakah Kau Pernah Disusui Kambing” (CJNH:156) termasuk jenis humor satire. Ada juga yang termasuk jenis humor olah logika, yaitu “Rugi Sepanjang Hayat”(SBNH:54) dan “Ayam Betina dan Ayam Jantan” (CJNH:144). Yang termasuk sinisme; “Pertanyaan Tak Terjawab” (CJNH:40), slapstick; “Kepala Nasruddin Terbentur Air”(SBNH:89), pelesetan; “Guna Sebuah Lampu”(CJNH:24). 

Dari pengelompokan-pengelompokan di atas dapat disimpulkan dan sekaligus menjadi corak humor Nasruddin bahwa humor Nasruddin muncul dari sifat manusiawi seorang tokoh. Artinya, meskipun Nasruddin adalah orang yang dianggap unggul dalam sejarah tapi dia juga mempunyai sifat tolol, naïf, dan seringkali salah perhitungan sehingga dia menjadi bahan tertawaan orang di samping dia adalah orang yang jujur, pintar, dan bijaksana. Dan setiap humor Nasruddin pasti mengandung pelajaran yang baik, mengajak partisipan menjadi manusia yang lebih bernilai. Jadi, bisa dikatakan bahwa humor Nasruddin adalah dakwah dalam bentuk humor. Pembaca humor Nasruddin pasti memiliki pengalaman unik yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Tingkah laku dan pola pikir Nasruddin tidak pernah terduga sehingga selalu mengejutkan pembaca kemudian menimbulkan perasaan yang berbeda-beda. Seperti, merasa bangga, merasa benar, merasa sehati karena isi cerita seiya dengan pembaca. Tapi ada juga yang sakit hati, kecewa, merasa tertuduh, menyesal karena merasa tersindir oleh isi cerita.

B. Tujuan Humor Nasruddin Hoja
Nasruddin berhumor tidak hanya untuk mengajak pembaca tersenyum dan tertawa tapi dia ingin mengajak pembaca berpikir untuk berbuat yang lebih baik. Oleh karena itu, dia memunculkan dirinya dalam cerita humornya sebagai manusia biasa bukan manusia yang diagungkan agar tidak ada pengecualian antara dirinya dan pembaca. Bahwa sifat-sifat baik dan nasihat Nasruddin itu mudah dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari karena dia sendiri sebagai manusia biasa sudah bisa melaksanakannya. Nasruddin berhumor juga bertujuan untuk memberikan pengalaman bahwa suatu masalah haruslah diselesaikan tapi jangan dengan jalan bertengkar, adu mulut atau semacamnya. Nasruddin bisa menyelesaikan masalah dengan baik, salah satunya yaitu dengan berhumor. Dengan humor suasana tegang bisa menjadi cair dan menyenangkan, suasana yang asing dan canggung bisa jadi akrab dan enak. Tapi, catatan penting harus hati-hati mengeluarkan humor, kalau salah tempat bisa jadi bumerang.

Share :

1 komentar: