Pengertian Serta Fungsi Etika Dan Moral

Pengertian Serta Fungsi Etika Dan Moral 
Etika berasal dari bahasa Yunani kuno yakni Ethos adalah ta etha artinya adat kebiasaan.

James J.Spillane SJ berpendapat bahwa etika atau ethics memperhatikan dan mempertimbangkan tingkah laku manusia dalam pengambilan keputusan moral.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia : 
(1)etika merupakan ilmu tentang apa yang baik dan yang buruk serta tentang hak dan kewajiban moral (akhlak);
(2)moral memiliki arti: a) ajaran tentang baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, akhlak, budi pekerti, asusila; b) kondisi mental yang membuat orang tetap berani, bersemangat, bergairah, berdisiplin, isi hati atau keadaan perasaan.


Moral merupakan landasan dan patokan bertindak bagi setiap orang dalam kehidupan sehari-hari ditengah-tengah kehidupan sosial kemasyarakatan maupun dalam lingkungan keluarga dan yang terpenting moral berada pada batin dan atau pikiran setiap insan sebagai fungsi kontrol untuk penyeimbang bagi pikiran negatif yang akan direalisasikan.


Moral sebenarnya tidak dapat lepas dari pengaruh sosial budaya, setempat yang diyakini kebenarannya. Moral selalu mengacu pada baik buruknya manusia sebagai manusia. Hal tersebut akan lebih mudah kita pahami manakala mendengar orang mengatakan perbuatannya tidak bermoral. Perkataan tersebut mengandung makna bahwa perbuatan tersebut dipandang buruk atau salah karena melanggar nilai-nilai dan norma-norma moral yang berlaku dalam masyarakat. 


Franz Magnis suseno membahas, ajaran tentang moral adalah ajaran-ajaran, wejangan-wejangan, khotbah-khotbah, patokan-patokan, kumpulan peraturan dan ketetapan entah lisan atau tertulis, tentang bagaimana manusia harus hidup dan bertindak agar ia menjadi manusia yang baik. Ajaran moral bersumberkan kepada berbagai manusia dalam kedudukan yang berwenang, seperti para bijak, antara lain para pemuka agama dan masyarakat, tulisan-tulisan para bijak.


Sumaryono mengklasifikasikan moralitas atas:


1.moralitas objektif
Moralitas perbuatan yang melihat perbuatan manusia sebagaimana apa adanya. Jadi perbuatan itu mungkin baik atau buruk, mungkin benar atau salah terlepas dari berbagai modifikasi kehendak bebas yang dimiliki oleh setiap pelakunya. Contoh: membunuh merupakan perbuatan tidak baik.


2.moralitas subjektif
Moralitas perbuatan yang melihat perbuatan manusia tidak sebagaimana adanya karena dipengaruhi oleh sejumlah faktor pelakunya, seperti emosional,latar belakang, pengetahuan, dsbnya.


3.moralitas intrinsik
Moralitas perbuatan yang menentukan suatu perbuatan atas benar atau salah, baik atau buruk berdasarkan hakikatnya terlepas tidak bergantung dari pengaruh hukum positif, contohnya berilah kepada orang lain apa yang menjadi haknya. Hal tersebut pada dasarnya sudah merupakan kewajiban. Meskipun kemudian diatur dalam hukum positif, tidaklah memberikan akibat yang signifikan.


4.moralitas ekstrinsik
Moralitas perbuatan yang menentukan suatu perbuatan benar atau salah, baik atau buruk berdasarkan hakikatnya bergantung dari pengaruh hukum positif. Hukum positif dijadikan patokan dalam menentukan kebolehan dan larangan atas suatu perbuatan.


EY. Kanter tidak hanya membahas etika pada wilayah individu akan tetapi terdapat pendapatnya, bahwa moralitas individu mendapat ruang gerak dalam wilayah moralitas masyarakat (publik). Moralitas publik adalah moralitas yang terwujud dan didukung oleh wilayah publik, artinya didukung oleh struktur kekuasaan politik, ekonomi dan ideologi. Mutu moralitas publik banyak ditentukan oleh pelaksanaan kepemimpinan dalam suatu negara, misalkan cara pengambilan keputusan dibuat dengan etis ataukah tidak. Etika merefleksikan mengapa seseorang harus mengikuti moralitas tertentu atau bagaimana kita mengambil sikap yang bertanggung jawab ketika berhadapan dengan berbagai moralitas.


Pengertian moral, menurut Bartens yang dikutip oleh Abdul Kadir Muhammad menyatakan bahwa kata yang sangat dekat dengan etika adalah moral. Kata ini berasal dari bahasa latin “mos”, jamaknya mores yang juga berarti adat kebiasaan. Secara etismologis kata etika sama dengan kata moral yang mengandung pengertian adat kebiasaan. Perbedannya dari bahasa asalnya yakni etika berasal dari bahasa Yunani,sedangkan moral berasal dari bahasa latin.


Pemahaman persamaan antara etika dan moral dapat diartikan sebagai suatu nilai dan norma yang berfungsi sebagai patokan dan panutan bagi setiap person ataupun kelompok, maupun dalam sosial kemasyarakatan dalam mengatur tingkah lakunya.


Liliana Tedjosaputro membagi moralitas kedalam dua bagian yakni:
(1)moralitas dapat bersifat intrinsik, berasal dari diri manusia itu sendiri sehingga perbuatan manusia itu baik atau buruk terlepas atau tidak dipengaruhi oleh peraturan hukum yang ada;
(2)moralitas yang bersifat ekstrinsik, penilaiannya didasarkan pada peraturan hukum yang berlaku, baik yang bersifat perintah ataupun larangan.


pelaksanaan peraturan hukum membutuhkan moral dari pelaku. Hukum meskipun harus mengacu pada kepentingan sosial kemasyarakatan agar tercapai suatu kepastian dan keadilan hukum, namun produk hukum itu sendiri tidak dapat lepas dari produk politik yang tidak dapat mengcover seluruh kehendak masyarakat, sehingga pelaksanaan hukum dengan baik dan ikhlas sesungguhnya bergantung pada moral setiap individu, bukan bergantung pada sifat memaksa dari hukum. Guna memudahkan pengertian tersebut maka dapat diberikan suatu gambaran manakala seseorang tidak melaksanakan suatu peraturan ataupun etika maka orang tersebut merasa sebagai beban moral. 


Shidharta mengemukakan, setiap manusia yang sehat secara rohani pasti memiliki sikap moral dalam menghadapi keadaan-keadaan yang menyertai perjalanan hidupnya. Sikap moral ini ada yang hadir begitu saja tanpa harus disertai pergulatan atas pilihan-pilihan dilematis,namun ada pula sikap moral yang perlu direnungkan secara mendalam sebelum ditetapkan menjadi suatu keputusan. Sikap moral itulah yang pada umumnya dijadikan pedoman bagi manusia ketika mengambil suatu tindakan. Renungan terhadap moralitas tersebut merupakan pekerjaan etika. Dengan demikian,setiap manusia siapapun dan apapun profesinya membutuhkan perenungan-perenungan atas moralitas yang terkait dengan profesinya. Dalam konteks inilah lalu timbul suatu cabang etika yang disebut etika profesi.


Etika merupakan hasil perenungan dari moralitas yang dirasakan perlu adanya etika dalam kehidupan, karena merupakan kewajiban moral untuk mewujudkan sesuatu yang baik baik bagi diri sendiri, kelompok, masyarakat, maupun bangsa dan negara.


Pendapat Imanuel Kant, diterjemahkan oleh Lili Tjahjadi tentang membedakan moralitas menjadi dua:
(1)moralitas hetronom, sikap dimana kewajiban ditaati dan dilaksanakan bukan karena kewajiban itu sendiri, melainkan karena sesuatu yang berasal dari luar kehendak sipelaku sendiri, misalnya karena mau mencapai tujuan yang diinginkan ataupun karena perasaan takut pada penguasa yang memberi tugas kewajiban itu;

(2)moralitas otonom, kesadaran manusia akan kewajiban yang ditaatinya sebagai suatu yang dikehendakinya sendiri karena diyakini sebagai hal yang baik. Didalam moralitas otonom orang mengikuti dan menerima hukum bukan lantaran mau mencapai tujuan yang diinginkannya taupun lantaran takut pada penguasa, melainkan itu dijadikan kewajiban sendiri berkat nilainya yang baik. Moralitas demikian menurut Kant disebut sebagai otonom kehendak yang merupakan prinsip tertinggi moralitas, sebab ia berkaitan dengan kebebasan, hal yang hakiki dari tindakan mahluk rasional atau manusia


Pendapat lain menyatakan moral berasal dari dalam relung hati yang terdalam sehingga perbuatan baik ataupun buruk sebenarnya dirinya sendiri sebagai penilai utama, sedangkan etika merupakan manifestasi dari moral yang berasal dari adat kebiasaan dan sosial kemasyarakatan yang telah berproses menjadi suatu bentuk etika sebagai pedoman bertindak baik ranah formal maupun non formal sehingga sering dikatakan suatu perbuatan baik bila dilaksanakan maka telah beretika serta sebaliknya dikatakan tidak beretika.


Mengutip dari Srisumantri, bahwa Nilai-nilai etika dan moral harus diletakkan sebagai landasan atau dasar pertimbangan dalam setiap kegiatan di bidang keilmuan. Tahap tertinggi dalam kebudayaan moral manusia, ujar Charles darwin, adalah ketika menyadari bahwa kita seyogyanya mengontrol pikiran kita.


Pikiran merupakan faktor penentu dan pemutus suatu tindakan yang akan kita lakukan, pikiran yang baik dapat menghasilkan moral atau etika yang baik sedangkan pikiran yang buruk akan menghasilkan tindakan yang buruk, yang perlu dipahami bahwa segala gerakan organ tubuh merupakan pikiran sebagai pemimpin. Pada kondisi manusia yang telah mampu mempergunakan pikiran sebagai filter atau alat kontrol bagi perbuatannya maka hal yang buruk dapat ditiadakan minimal dapat ditekan. 


Pendapat Alvin Tofler yang diterjemahkan Koesdyantinah memberi gambaran betapa manusia dewasa ini dan dimasa-masa mendatang akan mengalami indeks kesementaraan, yang mengakibatkan manusia terjebak dalam keanekaragaman gaya hidup dan banyak kepribadian. Menurutnya,”Apabila keanekaragaman bertemu dan berpadu dengan kesementaraan dan kebaruan, masyarakat akan meroket kesuatu krisis adaptasi yang historis. Kita akan menciptakan lingkungan yang demikian sementaranya asingnya dan kompleksnya sehingga mengancam jutaan orang dengan kehancuran adaptif. Kehancuran ini adalah kejutan masa depan”.


Ajaran-ajaran moral guna meningkatkan moralitas agar manusia menjadi baik, sedangkan etika bertugas memberikan argumentasi rasional dan kritis guna mendukung ajaran moral. Dalam perkembangan jaman yang makin kompleks timbullah tantangan yang dihadapi oleh ajaran-ajaran moral makin kompleks. Indoktrinasi dalam ajaran-ajaran moral akan sering dipertanyakan jika tidak lagi mampu memberikan orientasi yang jelas bagi penganutnya. Kekaburan orientasi itu muncul justru karena bertambah banyaknya ragam orientasi yang ada. Salah satu dari keragaman itu ditandai oleh berbagai ideologi yang saling menawarkan diri sebagai pilihan terbaik. Padahal apa yang baik menurut satu pihak sering dianggap buruk oleh yang lainnya. Etika yang telah disepakati oleh setiap kelompok akan menepis kehilangan orientasi sehingga kebenaran sebenarnya bersifat relatif karena kebenaran merupakan produk pikiran masing-masing sehingga perlu adanya kesepakatan yang tentunya tidak dapat melepaskan diri dari kebenaran universal.


Lilana memaparkan bahwa,dalam perkembangannya kajian etika, terdapat banyakaliran-aliran didalamnya. Beberapa aliran penting dalam etika adalah sebagai berikut:
1.etika naturalisme ialah aliran yang beranggapan bahwa kebahagiaan manusia itu didapatkan dengan menurutkan panggilan natura (fitrah) kejadian manusia sendiri;

2.etika hedonisme ialah aliran yang berpendapat bahwa perbuatan susila itu adalah perbuatan yang menimbulkan hedone (kenikmatan dan kelezatan);

3.etika utilitarianisme ialah aliran yang menilai baik dan buruknya perbuatan manusia itu ditinjau dari kecil dan besarnya manfaatbagi manusia (utility=manfaat);

4.etika idealisme ialah aliran yang berpendirian bahwa perbuatan manusia janganlah terikat pada sebab musabab lahir, tetapi haruslah berdasarkan pada prinsip kerohanian (idea) yang lebih tinggi;

5.etika vitalisme ialah aliran yang menilaibaik buruknya perbuatan manusia itu sebagai ukuran ada tidak adanya daya hidup (vital) yang maksimum mengendalikan perbuatan itu;

6.etika theologis ialah aliran yang berkeyakinan bahwa ukuran baik dan buruknya perbuatan manusia itu dinilai dengan sesuai dan tidak sesuainya perbuatan itu dengan perintah Tuhan (Theos=Tuhan).


Franz Magnis Suseno mengemukakan pendapat tentang, etika berfungsi untuk membantu manusia mencari orientasi secara kritis dalam berhadapan dengan moralitas yang membingungkan. Etika adalah pemikiran sistematis dan yang dihasilkannya secara langsung bukan kebaikan, melainkan suatu pengertian yang lebih mendasar dan kritis. Pengertian ini perlu dicari dengan landasan pemikiran sebagai berikut:
1.kita hidup dalam masyarakat yang semakin pluralistik, juga dalam bidang moral. Dalam keseharian kita banyak bertemu dan bergaul dengan berbagai orang dan karakter yang serba berbeda dari suku yang beragam, daerah asal yang bervariasi, agama berbeda, dan sebagainya. Kita ada ditengah-tengah pandangan mengenai etika dan moral yang beraneka ragam bahkan tidak jarang saling bertentangan sehingga kita bingung mengikuti moralitas yang mana. Untuk menentukan pilihan itulah perlu refleksi kritis etika.

2.Kita hidup dalam masa transformasi masyarakat yang kian lama menuju modernisasi. Meski masih belum dijumpai batasan baku tentang makna modernisasi, konsep ini membawa perubahan besar dalam struktur kebutuhan dan nilai masyarakat yang akibatnya menentang pandangan-pandangan moral tradisional.

3.Proses perubahan sosial budaya dan moral ternyata tidak jarang digunakan berbagai pihak untuk memancing di air keruh. Adanya pelbagai ideologi yang ditawarkan sebagai penuntun hidup, masing-masing dengan ajarannya sendiri tentang bagaimana manusia harus hidup. Etika dapat dijadikan tatanan untuk mengkritisi secara objektif dan memberi penilaian agar tidak mudah terpancing, tidak naif, atau ekstrem untuk cepat-cepat menolak hanya karena masih relatif baru dan belum biasa.

4.Etika juga diperlukan oleh kaum agama yang disatu pihak menemukan dasar kemantapan mereka dalam iman kepercayaan mereka, dilain pihak sekaligus mau berpartisipasi tanpa takut-takut dan dengan tidak menutup diri dalam semua dimensi kehidupan masyarakat yang sedang berubah itu 


Refleksi kritis etika tidak hanya untuk menentukan moralitas mana yang dipakai karena terdapat norma yang bertentangan. Refleksi kritis etika merupakan alat untuk memecahkan permasalahan moral, seperti perubaham moral yang diakibatkan oleh proses transformasi menuju modernisasi yang menentang keberadaan pandangan moral tradisional.


Etika yang berkaitan dengan etika profesi merupakan etika yang senantiasa mengikuti perkembangan modernisasi yang tak dapat dibendung, sehingga perlunya etika yang kritis untuk mengatasi kendala yang ada. Tidak dapat dipungkiri penyandang profesi, pemuka masyarakat/adat, filosof, hukum yang berfungsi sebagai salah satu faktor penentu etika yang kritis.


Keadilan, kepastian hukum, equality before the law merupakan harapan moral masyarakat yang masih terus diperjuangkan.


ETIKA CABANG DARI FILSAFAT
Filsafat dapat dimaknai sebagai pandangan hidup, tentunya pandangan hidup yang cinta akan kebijaksanaan, disis lain filsafat dapat diartikan sebagai ilmu yang selalu mencari hakekat yang terdalam.


Filsafat sebagai pandangan hidup merupakan suatu produk nilai atau sistem nilai yang diyakini kebenarannya dan dapat dijadikan pedoman perilaku oleh individu, kelompok, masyarakat.


Pada prinsipnya cabang filsafat dapat dikelompokkan pada tiga cabang filsafat yaitu:
(1) ontologi;
(2)epistemologi;
(3)aksiologi.


Ontologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki tentang keberadaan sesuatu. Epistemologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki tentang asal, syarat susunan, metode, dan validitas pengetahuan. Aksiologi merupakan cabang filsafat yang menyelidiki tentang hakikat nilai, kriteria, dan kedudukan suatu nilai. Pada kelompok aksiologi dapat dimasukkan cabang-cabang filsafat etika dan estetika. Dapat disimpulkan etika merupakan cabang dari filsafat tentang hakikat nilai atau aksiologi yang merupakan nilai berkaitan dengan sikap dan perilaku manusia atau kelompok manusia. Etika membahas tentang nilai-nilai yang baik bagi manusia dan nilai inilah dikenal sebagi moral.


Menurut EY.Kanter : Etika sama artinya dengan filsafat moral atau ilmu tentang moralitas. Etika bukan sumber tambahan bagi ajaran moral melainkan filsafat atau pemikiran rasional-kritis dan mendasar tentang ajaran dan pandangan moral. Jadi etika bukan sebuah ajaran melainkan sebuah ilmu.


Filosof Plato mengungkapkan filsafat tidak lain dari pengetahuan tentang segala yang ada. Filsafat merupakan ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan yang didalamnya mencakup empat persoalan sebagai berikut:
A)apakah yang dapat kita ketahui ? Pertanyaan tersebut dijawab oleh metafisika (ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan hal-hal yang non fisik atau tidak terlihat).

B)apakah yang boleh kita kerjakan ? Pertanyaan tersebut dijawab oleh etika.

C)sampai dimananakah pengharapan kita ? Pertanyaan tersebut dijawab oleh agama.

D)apakah yang dinamakan manusia ? Pertanyaan tersebut dijawab oleh antropologi (ilmu tentang manusia).


Mengamati pemikiran plato maka makin mendukung opini bahwa etia merupakan bagian dari filsafat hal tersebut merupakan jawaban terhadap tujuan utama dari filsafat yang berarti cinta akan kebijaksanaan adalah untuk kebaikan umat manusia yang bijaksana penuh dengan kedamaian. Guna mendukung pendapat Plato dapat kita padukan dengan pendapat Aristoteles yang dikutip dari I Gede A.B.Wiranata sebagai berikut:

“ Pembagian filsafat menurut Aristoteles

a. Filosofia teoritika/spekulatif

Filsafat yang bersifat objektif, yang terdiri atas:
1.fisika (mengkaji tentang dunia materiil);
2.matematika (mengkaji tentang barang menurut kuantitasnya);
3.metafisika (mengkaji tentang “ada”).


b. Filosofia praktika (Filsafat yang memberi petunjuk dan berbagai pedoman mengenai tingkah laku hidup dan kesusilaan yang seharusnya dilakukan/diperbuat), yang meliputi:
1.etika (mengkaji tentang kesusilaan dalam hidup perseorangan);
2.ekonomia (mengkaji tentang kesusilaan dalam hidup kekeluargaan);
3.politika (mengkaji tentang kesusilaan dalam tantanan hidup kenegaraan).


Filosofia produktiva (pencipta) (filsafat yang mengkaji dan membimbing serta menuntun manusia tentang pengetahuan sehingga menjadikan manusia produktif melalui sebuah ketrampilan yang bersifat khusus)”.


Aristoteles merupakan tokoh filsafat yang menempatkan etika sebagai pembahasan utama dalam tulisannya “Ethika Nichomachela” dengan pendapatnya, tata pergaulan dan penghargaan seorang manusia, yang tidak didasarkan oleh egoisme atau kepentingan individu, akan tetapi didasarkan kepada hal-hal yang alruistik, yaitu memperhatikan orang lain.


Menurut Srisumantri yang dikutip dari Liliana, filsafat dalam perkembangannya antara lain mencakup:
1.epistimologi (filsafat pengetahuan);
2.etika (filsafat moral);
3.estetika (filsafat seni);
4.metafsika;
5.filsafat politik;
6.filsafat;
7.filsafat agama;
8.filsafat pendidikan;
9.filsafat hukum;
10.filsafat sejarah;
11.filsafat matematika.


Sebagai bagian filsafat dan bahkan sebagai salah satu cabang filsafat yang paling tua, maka etika juga dikembangkan sebagai bagian dari kajian ilmu pengetahuan.


Filosof H.De Vos juga menyatakan etika sebagai bagian dari filsafat. 

Etika dapat dibedakan menjadi, etika umum dan etika khusus. Etika umum membahas tentang prinsip moral, pengertian dan fungsi etika, tanggung jawab, suara hati. Etika khusus merupakan etika yang sudah dikaitkan dengan konteks bidang tertentu, kehidupan pribadi, antar pribadi.


Etika dapat dikaji dari berbagai aspek, akan tetapi secara garis besar terdapat tiga aspek yang dominan dalam mempelajari etika yaitu:


1)aspek normatif
aspek normatif ialah aspek yang mengacu pada norma-norma/standar moral yang diharapkan untuk mempengaruhi perilaku, kebijakan, keputusan, karakter individual, dan struktur profesional. Dengan aspek ini diharapkan perilaku dengan segala unsur-unsurnya tetap berpijak pada norma, baik norma-norma kehidupan bersama ataupun norma-normamoral yang diaturdalam standar profesi bagi kaum profesi;


2)aspek konseptual
diarahkan pada penjernihan konsep-konsep/ide-ide dasar, prinsip-prinsip, problema-problema dan tipe-tipe argumen yang dipergunakan dalam membahas isu-isu moral dalam wadah kode etik. Kajian konseptual ini juga untuk mempertajam pemahaman-pemahaman kode etik dengan tetap menekankan pada kepentingan masyarakat dan organisasi profesi itu sendiri;


3)aspek deskriptif
kajian ini berkaitan dengan pengumpulan fakta-fakta yang relevan dan spesifikasi yang dibuat untuk memberikan gambaran tentang fakta-fakta yang terkait dengan unsur-unsur normatif dan konseptual. Aspek ini memberikan informasi tentang fakta-fakta yang berkembang, baik di masyarakat maupun dalam organisasi profesi, sehingga penanganan aspek normatif dan konseptual dapat segera direalisasikan. 


Etika merupakan cabang filsafat sebagai ilmu yang merupakan philosopical study of morality, sehingga subyek yang melakukan etika adalah manusia, dengan demikian etika sebagai filsafat manusia.

Selengkapnya

Teori Teori Motivasi

Teori Teori Motivasi 
Motivasi merupakan satu penggerak dari dalam hati seseorang untuk melakukan atau mencapai sesuatu tujuan. Motivasi juga bisa dikatakan sebagai rencana atau keinginan untuk menuju kesuksesan dan menghindari kegagalan hidup. Dengan kata lain motivasi adalah sebuah proses untuk tercapainya suatu tujuan. Seseorang yang mempunyai motivasi berarti ia telah mempunyai kekuatan untuk memperoleh kesuksesan dalam kehidupan..


Motivasi dapat berupa motivasi intrinsic dan ekstrinsic. Motivasi yang bersifat intinsik adalah manakala sifat pekerjaan itu sendiri yang membuat seorang termotivasi, orang tersebut mendapat kepuasan dengan melakukan pekerjaan tersebut bukan karena rangsangan lain seperti status ataupun uang atau bisa juga dikatakan seorang melakukan hobbynya. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah manakala elemen elemen diluar pekerjaan yang melekat di pekerjaan tersebut menjadi faktor utama yang membuat seorang termotivasi seperti status ataupun kompensasi.


Banyak teori motivasi yang dikemukakan oleh para ahli yang dimaksudkan untuk memberikan uraian yang menuju pada apa sebenarnya manusia dan manusia akan dapat menjadi seperti apa. Landy dan Becker membuat pengelompokan pendekatan teori motivasi ini menjadi 5 kategori yaitu teori kebutuhan,teori penguatan,teori keadilan,teori harapan,teori penetapan sasaran.


TEORI MOTIVASI ABRAHAM MASLOW (1943-1970)
Abraham Maslow (1943;1970) mengemukakan bahwa pada dasarnya semua manusia memiliki kebutuhan pokok. Ia menunjukkannya dalam 5 tingkatan yang berbentuk piramid, orang memulai dorongan dari tingkatan terbawah. Lima tingkat kebutuhan itu dikenal dengan sebutan Hirarki Kebutuhan Maslow, dimulai dari kebutuhan biologis dasar sampai motif psikologis yang lebih kompleks; yang hanya akan penting setelah kebutuhan dasar terpenuhi. Kebutuhan pada suatu peringkat paling tidak harus terpenuhi sebagian sebelum kebutuhan pada peringkat berikutnya menjadi penentu tindakan yang penting.
• Kebutuhan fisiologis (rasa lapar, rasa haus, dan sebagainya)
• Kebutuhan rasa aman (merasa aman dan terlindung, jauh dari bahaya)
• Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki (berafiliasi dengan orang lain, diterima, memiliki)
• Kebutuhan akan penghargaan (berprestasi, berkompetensi, dan mendapatkan dukungan serta pengakuan)
• Kebutuhan aktualisasi diri (kebutuhan kognitif: mengetahui, memahami, dan menjelajahi; kebutuhan estetik: keserasian, keteraturan, dan keindahan; kebutuhan aktualisasi diri: mendapatkan kepuasan diri dan menyadari potensinya)

Bila makanan dan rasa aman sulit diperoleh, pemenuhan kebutuhan tersebut akan mendominasi tindakan seseorang dan motif-motif yang lebih tinggi akan menjadi kurang signifikan. Orang hanya akan mempunyai waktu dan energi untuk menekuni minat estetika dan intelektual, jika kebutuhan dasarnya sudah dapat dipenuhi dengan mudah. Karya seni dan karya ilmiah tidak akan tumbuh subur dalam masyarakat yang anggotanya masih harus bersusah payah mencari makan, perlindungan, dan rasa aman.



TEORI MOTIVASI HERZBERG (1966)
Menurut Herzberg (1966), ada dua jenis faktor yang mendorong seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan dan menjauhkan diri dari ketidakpuasan. Dua faktor itu disebutnya faktorhigiene (faktor ekstrinsik) dan faktor motivator (faktor intrinsik). Faktor higiene memotivasi seseorang untuk keluar dari ketidakpuasan, termasuk didalamnya adalah hubungan antar manusia, imbalan, kondisi lingkungan, dan sebagainya (faktor ekstrinsik), sedangkan faktor motivator memotivasi seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan, yang termasuk didalamnya adalah achievement, pengakuan, kemajuan tingkat kehidupan, dsb (faktor intrinsik). 


TEORI MOTIVASI DOUGLAS McGREGOR
Mengemukakan dua pandangan manusia yaitu teori X (negative) dan teori y (positif), Menurut teori x empat pengandaian yag dipegang manajer
a. karyawan secara inheren tertanam dalam dirinya tidak menyukai kerja
b. karyawan tidak menyukai kerja mereka harus diawasi atau diancam dengan hukuman untuk mencapai tujuan.
c. Karyawan akan menghindari tanggung jawab.
d. Kebanyakan karyawan menaruh keamanan diatas semua factor yang dikaitkan dengan kerja.


Kontras dengan pandangan negative ini mengenai kodrat manusia ada empat teori Y : 
  • karyawan dapat memandang kerjasama dengan sewajarnya seperti istirahat dan bermain. 
  • Orang akan menjalankan pengarahan diri dan pengawasan diri jika mereka komit pada sasaran. 
  • Rata rata orang akan menerima tanggung jawab. 
  • Kemampuan untuk mengambil keputusan inovatif. 

TEORI MOTIVASI VROOM (1964)
Teori dari Vroom (1964) tentang cognitive theory of motivation menjelaskan mengapa seseorang tidak akan melakukan sesuatu yang ia yakini ia tidak dapat melakukannya, sekalipun hasil dari pekerjaan itu sangat dapat ia inginkan. Menurut Vroom, tinggi rendahnya motivasi seseorang ditentukan oleh tiga komponen, yaitu:
• Ekspektasi (harapan) keberhasilan pada suatu tugas
• Instrumentalis, yaitu penilaian tentang apa yang akan terjadi jika berhasil dalam melakukan suatu tugas (keberhasilan tugas untuk mendapatkan outcome tertentu).
• Valensi, yaitu respon terhadap outcome seperti perasaan posistif, netral, atau negatif.Motivasi tinggi jika usaha menghasilkan sesuatu yang melebihi harapanMotivasi rendah jika usahanya menghasilkan kurang dari yang diharapkan


Achievement TheoryTeori achievement Mc Clelland (1961), yang dikemukakan oleh Mc Clelland (1961), menyatakan bahwa ada tiga hal penting yang menjadi kebutuhan manusia, yaitu:
• Need for achievement (kebutuhan akan prestasi)
• Need for afiliation (kebutuhan akan hubungan sosial/hampir sama dengan soscialneed-nya Maslow)
• Need for Power (dorongan untuk mengatur)


Clayton Alderfer ERG
Clayton Alderfer mengetengahkan teori motivasi ERG yang didasarkan pada kebutuhan manusia akan keberadaan (exsistence), hubungan (relatedness), dan pertumbuhan (growth). Teori ini sedikit berbeda dengan teori maslow. Disini Alfeder mngemukakan bahwa jika kebutuhan yang lebih tinggi tidak atau belum dapat dipenuhi maka manusia akan kembali pada gerakk yang fleksibel dari pemenuhan kebutuhan dari waktu kewaktu dan dari situasi ke situasi.

Selengkapnya

Percik Cinta Di Semangkok Garam

Percik Cinta Di Semangkok Garam 
“mah… kok masih garam goreng sih?” Eulis cemberut melihat hidangan di atas meja makan. Nasi dan semangkok garam yang digoreng dengan bawang merah yang diiris-iris, tak ada yang lain. Garam lagi… garam lagi, sudah seminggu makanan seperti itu menghiasi meja makan, betah kali ya? Selera makan Eulis langsung hilang begitu melihat menu makan siangnya kali ini yang tak kunjung berubah. Huh! Mamah pasti lupa lagi. “mah..!!” teriaknya kesal.


Mamah yang baru selesai shalat dzuhur tergopoh menghampirinya. “aya naon atuh teh?” masuk rumah teh bukannya ngucap salam, malah teriak-teriak, bikin kaget mamah wae. Pulang sakola teh ganti baju, shalat, baru urus-urus makanan. Buang jauh-jauh kebiasaan burukmu itu, teh!” kata mamah sedikit ngomel. Tangannya masih sibuk melipat mukena.


“makanan yang mamah janjiin tadi pagi mana? Kok lauknya masih garam goreng?” rungut Eulis tanpa peduli omelan mamahnya. Sejenak pandangan mamah beralih ke meja makan. Terdengar helaan nafas yang dalam.


“maafin mamah teh, tadi mamah nggak jadi ke pasar. Upah mamah nyuci dan nyetrika di rumah Bu RT tadi pagi belum dibayar, katanya sekalian besok. Tadi Bu RT sibuk bantu Bu Cicih menyiapkan untuk acara pengajian di rumahnya nanti malam, mamah juga tadi sempat bantu sebentar setelah nyetrika. Teteh kan tahu Pak Maman suami Bu Cicih masih di Bandung ngurusin bisnis ikannya”. Mamah berhenti sebentar. Mencari perubahan di wajah Eulis. Tapi puteri semata wayangnya itu masih saja cemberut.


“Mamah nggak lupa kok teh, tapi upah nyuci dan nyetrika mamah hari ini memang belum dibayar. Makan yang ada saja dulu ya! insyaAllah besok mamah masak makanan kesukaan teteh!” mamah berusaha membesarkan hati Eulis, tapi anak itu tetap saja cemberut. Maafin mamah ya the! Sekarang shalat saja dulu, nanti mamah temani teteh makan. Belum begitu lapar kan?”. Eulis tahu, ada penyesalan dalam kata-kata mamah tadi. Tapi rupanya setan berhasil manas-manasin hatinya. Eulis belum bias terima alasan mamah. Sudah dua kali mamah tidak memenuhi janjinya. Sebelumnya alasan mamah uangnya tidak cukup, hanya cukup untuk membeli satu kilo gram beras dan bawang merah serta satu bungkus kerupuk, urung lagi deh makan sama capcai, makanan favoritnya. Padahal sejak di sekolah tadi Eulis sudah membayangkan makan capcai yang enak.


“kalau mamah sudah lapar, sok atuh mamah duluan”, akhirnya itu keputusan Eulis, ia beranjak meninggalkan meja makan. “lho? Kita makan sama-sama saja teh”, mamah tampak terkejut melihat reaksi Eulis.


“Teteh mau beli bubur aja,mah. Ada tabungan dua ribu, sebentar lagi mang Gugun juga lewat”. Eulis masuk ke kamarnya, meninggalkan mamah yang terpekur, menatap hidangan di meja makan. Beberapa menit lalu hidangan itu disiapkannya dengan terburu-buru. Wanita paruh baya itu lalu mendekap mukena ke dadanya. Eulis..Eulis, kapan kamu mau berubah? 


Penampilanmu yang manis dengan busana muslimah itu ternyata belum mampu mempermanis akhlaqmu. Ya Allah ampuni anakku, bimbinglah dia untuk menggapai ridha-Mu selalu. Pelan doa itu mengalir dari bibir mamah penuh keikhlasan dan harapan.


Sementara di kamarnya, Eulis masih memendam kekesalan. Ia melepas jilbabnya dan beranjak malas ke tempat tidur. Sejenak dilihatnya ke luar jendela yang tak berkaca, kalau-kalau mang Gugun sudah mangkal di pertigaan jalan depan rumahnya. Masih sepi. Gadis itu lalu berbaring dan menatap genteng tua yang melindungi rumahnya dari sinar matahari. Menerawang. Kalau saja mamah bikin capcai, nggak akan begini kejadiannya. Aku bosan makan dengan lauk garam goring terus, keluh Eulis dalam hatinya.


Tapi mestinya teteh nggak ngambek gitu, kasiham mamah, capek-capek masak, eeh… teteh nggak mau makan, dosa tahu, menyakiti hati orang tua. Protes suara hatinya yang lain.


Aaah!mamah kan sudah janji mau bikinin capcai, wajar dong kalau teteh nagih janjinya. Ia, tapi hargai dong mamah, makan apa adanya dulu kek! Huh! Sok nasehatin. Sudah! sudah! Pokoknya teteh nggak mau makan dengan garam goring, teth mau makan capcai, titik. Bersamaan dengan itu terdengar ketukan yang cukup keras di pintu kamar. Eulis tersentak kaget. Lamunannya pudar seketika. 


“Teh, shalat dulu!” tegas suara mamah. Mamah lagi, nggak disuruh juga teteh mau shalat kok, gerutu Eulis kesal. Wajah gadis itu masih merengut saat keluar dari kamar untuk berwudlu’. Mamah hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan anaknya ini.


J # # # J


“Teteh pergi dulu mah, assalaamu’alaikuum!” pamit Eulis yang tampak sudah rapih dengan pakaiannya. Putih abu-abu yang warnanya sudah mulai pudar. Padahal hari masi sangat pagi., baru jam enam. Tentu saja hal ini membuat mamah heran. “lho? Teh, nggak sarapan dulu?” Tanya beliau sambil menyenderkan sapu lidi di samping pintu rumahnya. Acara menyapu halaman pun terhenti sejenak. “nggak mah, teteh mau shaum insyaAllah”, air muka mamah semakin menampakkan keheranan yang sangat, saat mendengar jawaban Eulis. 


“shaum? Shaum apa? Sekarang kan hari rabu”. Lanjut mamah, masih heran. “ya shaumnya Nabi Daud dong, senin kemarin teteh sudah shaum, mah”. Eulis menghentikan langkahnya, ia menoleh sebentar. Ingin tahu reaksi mamah. Wanita separuh baya itu sedang memandangnya penuh Tanya. “mamah sudah menyiapkan sarapan di dalam. Teteh benar-benar mau shaum?” Tanya mamah lembut. Eulis tidak menjawab. Mamah masih memandangnya, ada kekhawatiran dalam bola matanya.


“insyaAllah teteh kuat, pergi dulu ya mah”. Eulis kembali melangkah. “teh!” panggil mamah cepat. Duh mamah, jangan bikin Eulis kesal lagi dong, dengan setengah merengut, Eulis menoleh. “teteh nggak pergi terlalu pagi?” Tanya mamah membuat Eulis berpikir sejenak, ia melirik jam tangannya. Sesaat kemudian … “pagi ini giliran teteh piket, mah”. Sudah ya, teteh pergi dulu”.


“Assalaamu’alaikuum!” pamit Eulis seraya bergegas menuju pintu pagar rumahnya yang terbuat dari bambu. Tampaknya ia tidak mau memperpanjang percakapan. Mamah hanya bisa terpana. “wa’alaikum salaam wa rahmatullaah” jawabnya kemudian. Lirih. Piket? Tanyanya dalam hati. Lalu kemarin? Ya Allah, semoga Engkau menerima shaum anakku, do’a mamah sungguh-sungguh.


J # # # J

Eulis sedang sibuk membereskan buku pelajarannya ketika Fitri dating menghampirinya. “jadi survey tempat baksos? Tanya Fitri. “jadi dong, kita kan sudah janjian” jawab Eulis cepat. Hari ini mereka janjian survei untuk tempat baksos yang akan diadakan oleh OSIS. Teman-teman mereka sudah berhamburan meninggalkan kelas sejak waktu pulang tadi. Sekolah pun sepi. “nggak apa-apa kan jalan kaki” Fitri tampak khawatir. Ia tahu Eulis masih setia dengan shaum Daud-nya. Padahal pagi tadi Eulis sempat tergoda melihat bubur ayam yang disantap Fitri di warung depan sekolah. 


Sebenarnya Fitri heran, kok tumben-tumbennya Eulis shaum Daud. Biasanya kan cuma senin-kamis. Ah, banyak cara untuk mendekatkan diri pada Allah, bukankah Rasulullah pernah mencontohkan hal itu, pikir Fitri, husnudzan.


“insyaAllah Eulis masih kuat, Fit” kata Eulis meyakinkan sahabatnya. Fitri tersenyum lega. “baiklah, kita berangkat sekarang” ajaknya riang. Kedua gadis berjilbab itu kemudian meninggalkan sekolah yang sudah lengang. Tempat baksos yang dituju memang tidak terlalu jauh dari sekolah, sekitar satu kilo meter. Mereka berdua memang kebagian untuk memastikan tempat untuk Bakti Sosial dalam kepanitiaan OSIS kemarin. 


J # # # J

“wah, perkampungan ini jauh lebih memprihatinkan daripada tempatku” komentar Eulis saat memasuki kampung Babakan. “ya, sepertinya kita tidak salah tempat untuk menyalurkan bakti sosial kita, Lis” lanjut Fitri menimpali. Kedua sahabat ini kemudian mengayunkan langkahnya menuju sebuah rumah kayu bertembok gedeg. Tampak seorang gadis seusia mereka dengan dua anak kecil disampingnya. Adiknya. 


“Assalaamu’alaikum” Eulis dan Fitri serentak memberi salam. “Wa’alaikum salaam, eh ada tamu, mangga calik teh (silahkan duduk)” jawab gadis pemilik rumah dengan ramah. Ternyata Imas, nama gadis itu sedang mengasuh dua adiknya. Ibunya sedang melakukan aktivitas rutinnya, menjadi pemulung. Ayahnya sudah wafat. 


“Punten teh, Imas mau masak dulu untuk makan siang adik. Kalau tidak keberatan boleh ditunggu. Atau kalau mau ikut ke dapur juga tidak apa-apa teh” pamit Imas dengan senyum manisnya. “wah, dengan senang hati tuh kalau boleh menemani Imas masak” sahut Fitri, balas tersenyum. “Imas, kamu bias masak?” Tanya Eulis nggak percaya. “Harus! Kita kan calon ibu” sahut Imas bersemangat. Ia bergegas ke dapur rumahnya yang hanya disekat dinding dari gedeg. 


Eulis benar-benar takjub melihat Imas yang begitu terampil menyiapkan makan siang untuk adiknya. Tampaknya Imas sudah terbiasa dengan pekerjaan tersebut. Begitu tugas masak beres, Imas memanggil dua adiknya yang sedang ditemani Fitri bermain congklak. Dengan terampil pula Imas menyuapi mereka sambil sesekali menjelaskan tentang asal-usul makanan yang mereka santap.


Hasan dan Husein, seperti nama cucu Nabi, adik kembar Imas tampak senang sekali mendengar cerita kakaknya. Sebentar-sebentar mereka bertanya, lalu dengan lahapnya memakan suapan nasi yang disodorkan Imas. Padahal mereka Cuma makan dengan lauk-pauk ala kadarnya. Kerupuk, dan…garam goreng! ya, garam goreng, makanan yang bikin Eulis kesal sama mamahnya. 


Bela-belain shaum Daud karena takut hari ini menu masakan mamah garam goreng lagi, seperti kemarin-kemarin. Ah garam goreng…, ternyata kita bertemu di sini.


Tak sadar Eulis meremas jilbabnya. Ia ingat kejadian kemarin dan tadi pagi. Entah kenapa, tiba-tiba ada rasa sesal yang membuatnya ingin menangis. Menyesal akan sikapnya selama ini yang selalu membuat susah mamah. Eulis jadi malu sendiri. Ia seusia Imas, tapi perilakuknya tidak semanis Imas, tidak sesantun Imas. Imas anak yang patuh, sedangkan ia? Imas suka membantu ibunya, sebaliknya ia malah sering merepotkan mamah, sering melukai perasaan mamah. Aku…,aku…, ya Allah, tidak sepantasnya aku berbuat seperti itu. Maafin Eulis , mah. Ampuni dosa-dosa Eulis ya Allah. Eulis janji mau membantu mamah, mau belajar masak, belajar menjadi anak yang berbakti, anak yang manis. insyaAllah. Bergetar hati Eulis saat tekad itu terbersit di hatinya. 


Perlahan Eulis mendekati Imas. “maaf, teh Eulis, kami tak bermaksud mengganggu shaummu” kata Imas begitu tahu Eulis menghampirinya. “nggak apa-apa, Imas” sahut Eulis pelan. Sebenarnya ia masih kikuk setelah menyadari kekhilafannya selama ini, meski Imas tak tahu itu. “Imas..!” panggil Eulis kemudian. Imas yang sedang menutupi makanan dengan tudung saji, menoleh. “ada apa teh?” tanyanya. “kalian makan nikmat sekali, padahal…padahal…” Eulis ragu meneruskan kata-katanya. “padahal cuma dengan garam goreng dan kerupuk, begitu kan maksud teteh?” potong Imas tersenyum. Sama sekali ia tidak tersinggung dengan perkataan Eulis. Mau tidak mau, Eulis mengangguk, karena memang itu arah pembicaraannya.


“Teteh pernah mendengar salah satu ceramah KH.Zainuddin MZ?” Imas balik bertanya. “apa?” Eulis memandangnya tak mengerti. “semua akan terasa nikmat kalau kita menerima apa yang telah Allah berikan kepada kita dengan penuh rasa syukur, dengan ikhlas, dengan cinta” jawab Imas sambil berlalu ke dapur dengan beberapa piring kotor di tangannya. Tinggallah Eulis yang tampak bengong mendengar jawaban Imas. Syukur dan ikhlas? Itu sih ia paham, tapi cinta? Apa hubungannya cinta dengan garam goreng?


J # # # J


“wah, enak ya, masakan mamah” puji Eulis. Tangannya kembali menyendok capcai dalam piring yang disodorkan mamah, lalu beralih mencomot garam goring di mangkok dan dioleskan ke nasi yang sebentar lagi akan melewati lidahnya. Mamah hanya tersenyum. Baru kali ini beliau merasa bahagia mendengar pujian yang dilontarkan putrinya. Sebenarnya bukan hanya karena pujian itu mamah bahagia, tapi karena sudah tiga hari ini mamah punya teman masak baru di dapur mungilnya. Biasanya mamah hanya ditemani si Putih, kucing piaraan mereka. 


“Alhamdulillah, terima kasih teh. Tapi pujian itu bukan hak mamah sepenuhnya lho, capcai ini kan bikinan kamu juga”. “ah mamah, teteh kan Cuma ikut motong sayuran sama ngulek bumbu, selebihnya mamah yang banyak berperan, lagian dari dulu masakan mamah memang sudah oke sih” puji Eulis lagi sambil menyuapkan potongan bunga kol ke mulutnya. “apa sih rahasianya, mah?” kali ini mamah tertawa kecil. “pertanyaan teteh kok kayak iklan di TV?”. “Teteh serius, mah. Bahkan teteh curiga kalau mamah punya resep khusus selain yang teth racik tadi, iya kan mah?” Tanya Eulis membuat mamah semakin geli.


“teteh ini ada-ada saja, resep khusus apa? Dari dulu, bumbu capcai yang mamah bikin ya seperti ini” kata mamah sambil menuangkan capcai ke dalam mangkuk. “tapi mungkin karena ada perasaan istimewa yang selalu hadir di saat mamah menunaikan semua kewajiban rumanh tangga” mamah seperti sedang berkata pada dirinya sendiri. “perasaan apa sih mah?” Tanya Eulis ingin tahu. Mamah menoleh, lalu menatap wajah Eulis dalam. “perasaan ikhlas dan cinta” jawab mamah pelan, namun terasa ada kesan yang mendalam. Kok mirip jawaban Imas tempo hari, piker Eulis. Apa sih hubungan capcai dengan cinta? Mamah bikin penasaran aja.


“Keikhlasan adalah modal dasar yang akan membuat seluruh aktivitas kita memiliki nilai lebih dalam pandangan Allah. Tentu saja aktivitas baik yang bernilai ibadah”. Jelas mamah tanpa diminta. Eulis menyimaknya dengan penuh perhatian. “suatu perbuatan yang didasari ikhlas dan cinta akan terasa nikmat dan memuaskan batin kita. Contohnya, membuat capcai adalah salah satu wujud bakti mamah sebagai ibu rumah tangga. Mamah melakukan dengan penuh keikhlasan, karena pada hakikatnya mamah sedang berbakti kepada Sang Pencipta. Semua aktivitas rumah insyaAllah mamah lakukan dengan penuh keikhlasan, dengan penuh kecintaan. Pendek kata, capcai ini adalah wujud cinta mamah pada Allah, pada keluarga, anak-anak mamah, daan…pada kekasih mamah alias bapakmu” kata mamah sambil tersenyum. “yee..! mamah romantis juga ya?!” Eulis terkekeh geli. Jawaban mamah yang panjang kali lebar sama dengan luas ini membuatnya tersenyum penuh arti. Imas, sekarang Eulis tahu apa jawabannya. Ternyata ada banyak cinta dan kasih sayang dalam sepiring capcai, ada banyak percikan cinta dalam semangkok garam goreng. Terima kasih ya Allah, telah Engkau kirim Imas sebagai perumpamaan untuk menyadarkanku. Terima kasih ya Allah, telah Engkau karunia hamba keluarga yang penuh cinta.

Selengkapnya