IQ EQ Dan SQ (Psikologi Pendidikan)

IQ EQ Dan SQ (Psikologi Pendidikan) : Pada suatu hari seorang yang berasal dari Amerika ingin membeli sebuah pesawat buatan Indonesia. sehingga perusahaan dalam negeri mengirimkan utusannya yang terkenal pintar dalam merancang dan mengerti benar tentang seluk beluk aeronautika dan seorang yang pintar dalam bernegosiasi barang. Kedua orang dari Indonesia kemudian diundang makan malam oleh sang CEO (chief executive officer ), julukan untuk eksekutif muda Amerika. Dua orang eksekutif muda yang terlibat dalam urusan bisnis jual beli pesawat terbang tergolong ahli dalam bidangnya masing-masing. Kemudian mereka terlibat dalam perbincangan yang sangat menarik, baik yang seorang istilah lain adalah seles dan insinyur mengeluarkan kepiawaiannya dalam meyakinkan agar client nya tertarik untuk membeli pesawat buatan dalam negeri. 

Setelah selesai makan malam, mereka diajak untuk berkeliling melihat-lihat koleksi pribadi sang CEO. Berbagai macam koleksi diperlihatkan, mulai dari Patung, keramik dan model-model pesawat. (maket Pesawat). Semuanya menarik dan berharga sangat mahal.

Kedua orang dari Indonesia tersebut merasa kagum ataupun memasang wajah kekaguman mereka. Setelah itu mereka keluar dari ruang koleksi. Tanpa disangka sang CEO menanyakan pendapat tentang semua koleksinya, hal itu ditanyakan kepada seorang yang dijuluki seorang insinyur tersebut. Tetapi jawaban yang keluar adalah “ semua hal itu bias anda dapatkan di Pulau Bali dengan harga yang murah”. 

Anda bisa bayangkan bagaimana hasil semua lobi di ruang makan tersebut. Sang CEO tidak jadi membeli pesawat dari Indonesia, akibat ucapan dari sang Insinyur tersebut. Dari kunjungan tersebut sang CEO merasa tersinggung merasa kurang dihargai oleh sang Insinyur tadi.

Dari cerita di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa seorang Insinyur adalah seseorang yang memiliki IQ yang tinggi tetapi kurang mengerti tentang perasaan orang lain atau kurang dapat menghargai perasaan orang lain dan bisa dikatakan bahwa EQ yang dimiliki kurang dapat dikuasai. Sedangkan seorang Seles mengetahui bagaimana meyakinkan seseorang dan berusaha mengerti perasaan orang lain, dalam hal ini seorang seles dapat dikatakan memiliki IQ yang kurang akan tetapi memiliki kelebihan dalam hal EQ. 

Dalam rentang waktu dan sejarah yang panjang, manusia pernah sangat mengagungkan kemampuan otak dan daya nalar (IQ). Kemampuan berfikir dianggap sebagai primadona. Potensi diri yang lain dimarginalkan. Pola pikir dan cara pandang yang demikian telah melahirkan manusia terdidik dengan otak yang cerdas tetapi sikap., perilaku dan pola hidup sangat kontras dengan kemampuan intelektualnya. Banyak orang yang cerdas secara akademik tetapi gagal dalam pekerjaan dan kehidupan sosialnya. Mereka memiliki kepribadian yang terbelah (split personality). Di mana tidak terjadi integrasi antara otak dan hati. Kondisi tersebut pada gilirannya menimbulkan krisis multi dimensi yang sangat memprihatinkan. 

Fenomena tersebut telah menyadarkan para pakar bahwa kesuksesan seseorang tidak hanya ditentukan oleh kemampuan otak dan daya pikir semata, malah lebih banyak ditentukan oleh kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ). Tentunya ada yang salah dalam pola pembangunan SDM selama ini, yakni terlalu mengedepankan IQ, dengan mengabaikan EQ dan SQ. Oleh karena itu kondisi demikian sudah waktunya diakhiri, di mana pendidikan harus diterapkan secara seimbang, dengan memperhatikan dan memberi penekanan yang sama kepada IQ, EQ dan SQ.

Share :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar